Setapak....
Jalan berbicara...
Begitu sesak...
Lalu lalang , bagai tak
berdosa...
Tak tahu terima kasih...
Sejalan...
Ha...dengan
fungsi..
Fungsi
diriku.. meski diriku...
Sakit... sakit...
Hanya yang kurasa...
Rindu diriku akan ketenangan..
Tapi kurasa... tak mungkin..
Tak mungkin mereka mengerti..
debu, keringat, panas..
Jagorawi, Cileunyi, Nagreg, Pantura, Anyer, Panarukan...
Jagorawi, Cileunyi, Nagreg, Pantura, Anyer, Panarukan...
Banyak
cerita, biru jadi kelabu... kelabu jadi biru..
Rintih
kesakitan.. terharu- haru..
Tak
pernah diperhatikan....memang malang..
Marah.. Marah...
Terkadang diriku dijadikan
“tumbal”
Akan kesalahan pengguna kurang
sopan..
Diriku dipersalahkan...darah
berceceran...
Rusak, kecelakaan, angker,
sakral....tak masuk akal..
Terkadang
ku meminta...sekedar..
Dirawat,
disayang, dimadu...bak istri- istri muda pejabat..
Namun
apa yang kuterima...cacian, makian, hinaan...
Memang diriku pernah dirawat...
Tapi itupun seadanya saja.. pajak
bergelimpangan..
Peraturan...hiasan
pemerintahan...
Tak
di- Indahkan....
Polisi....
sebatas tiang bergoncang, sok pahlawan...
Cari
uang, cari pelanggaran, cari korban, cari anggaran.....
Sudahlah cukup aku meronta... tak
ada gunanya...
Pesanku...Mungkin generasi yang
akan datang....
Bisa... bisa... yaa cukuplah...
bisa MENGHARGAIKU
Comments
Post a Comment